Mendidik Anak Dengan Cinta (1)

Kamis, 20 Agustus 2015 0 komentar




Mendidik Anak dengan CintaPagi itu karena keletihan Arie terlambat bangun, dengan nada keras ibunya memanggil: ”Arie…! Bangun! Sudah jam berapa ini?! Bukan kau saja yang ibu urusi”. Arie pun tersentak bangun. Arie turun ke lantai bawah dan disambut ayahnya dengan sorot mata tajam serta membentak: ”Cepat mandi! Apalagi yang kau tunggu!. Setelah sarapan Arie berangkat ke sekolah. Arie datang terlambat dan gurunya berkata:” Dasar anak pemalas! Sudah jam berapa ini, memangnya ini sekolahmu, sesuka hatimu saja kau datang!”.Waktupun berlalu, dan ketika belajar matematika Arie tak dapat menyelesaikan soal latihan di depan kelas, guru matematikanya berkata: ”Bodoh kali kau, begitu aja nggak bisa. Apa makanan mu?!”.

Cerita di atas hanya cerita belaka, namun sering kali terjadi dalam kehidupan anak, baik di rumah maupun lingkungan sekolah yang memformat proses pendidikan. Tanpa disadari, apa akibat yang terjadi pada perkembangan psikologis serta emosional anak jika anak terus menerus mendapat perlakuan seperti ini? Para pendidik sudah pasti mengerti apa yang akan terjadi pada diri anak tersebut, jika anak tersebut mendapat perlakuan, cercaan, hujatan seperti itu. Inikah yang namanya pendidikan?

Makna Mendidik
Mendidik sering dimaknai sama dengan mengajar. Sebenarnya, mendidik lebih luas maknanya dibandingkan dengan mengajar. Mendidik dapat dilakukan dengan cara mengajar. Memang, mendidik dan mengajar sering dimaknai secara tumpang tindih. Mendidik anak dapat dilakukan oleh orangtua di rumah, juga oleh guru di sekolah. Orangtua di rumah, tanpa disadari juga melakukan proses pendidikan. Hal ini kurang disadari oleh sebagian besar orangtua. Justru sebagian besar pembentukan mental anak dibentuk oleh pendidikan yang berlangsung di rumah. Ketika anak berada di rumah, orangtualah yang menjadi gurunya. Suatu hal yang perlu diingat, tingkah laku ‘guru’ akan menjadi faktor yang penting dalam proses pendidikan, karena tingkah laku ‘guru’ akan menjadi suri teladan bagi murid-muridnya.
Prof. Suyanto, Ph.D menyatakan bahwa pendidikan memiliki tiga proses yang saling kait mengait dan saling  pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lain. Pertama, sebagai proses pembentukan kebiasaan (habit formation). Kedua, sebagai proses pengajaran dan pembelajaran (teaching and learning process), dan ketiga adalah sebagai proses keteladanan yang dilakukan oleh para guru (role model).

Tiga Prinsip Pendidikan
Tiga syarat penting dalam proses mendidik dan mengajar yang pertama adalah cinta, kedua adalah kepercayaan, dan ketiga adalah kewibawaan. Ketiga syarat ini saling mempengaruhi dan saling kait mengait. Cinta akan menimbulkan kepercayaan. Seorang Ibu menyusui anaknya dengan rasa cinta. Seorang Bapak menimang-nimang anaknya dengan rasa cinta. Ketika sang anak ditimang-timang atau bahkan di angkat-angkat ke atas. Mengapa sang anak tidak takut jatuh? Karena sang anak memiliki kepercayaan kepada sang Bapak. Sang anak percaya bahwa Bapaknya tidak akan menjatuhkannya. Seterusnya, kepercayaan sang anak inilah yang menghadirkan kewibawaan bagi sang Bapak. Kewibawaan adalah kemampuan untuk dapat mempengaruhi orang lain. Kewibawaan akan lahir jika ada kepercayaan. Anak akan menurut atau mengikuti perintah dan arahan dari Bapak karena adanya kepercayaan kepada sang Bapak, atau dalam hal ini guru akan diikuti perintahnya oleh peserta didik jika peserta didik menaruh kepercayaan kepada gurunya. Itulah tiga syarat terjadinya proses pendidikan dan pengajaran.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SDIT Nur Rohman | Bismillahcom|
Copyright © 2013. Blog Fifi - All Rights Reserved
Template Created by maskolis Modify by bismillah.Com
Administrator Sign